(M.Azhar Alwahid)
KULTUM 1
Alhamdulillah
pada malam ini kita masih diberikan limpahan nikmat dan rahmat Allah SWT
sehingga kita bisa bertemu untuk melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah
tanpa halangan suatu apapun. Untuk itu marilah kita senantiasa mensyukuri
nikmat yang di anugerahkan oleh Allah SWT dengan cara melaksanakan perintahnya
dan meninggalkan laranganya.
Ma’asyirol
muslimin rohimakumullah
Apabila
ajaran Islam benar-benar kita fahami dan kita amalkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Pasti akan menghasilkan budi pekerti yang luhur dan akhlakul
karimah. Amal ibadah yang kita lakukan terasa nikmat, tenang, ikhlas karena
merasa tidak ada paksaan untuk melaksanakanya. Ketika adzan berkumandang kita
mengucap syukur karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk
berjumpa dengannya dalam shalat. Ketika Ramadhan tiba kita menyambutnya dengan
penuh kebahagiaan dan kegembiraan karena kelak ketika kita berjumpa denganya
kita akan membawa pahala puasa dan shalat kita dengan pahala yang di lipat
gandakan. Tapi apa yang terjadi pada diri kita, sering kali kita mengumpat dalam
hati kita ketika adzan berkumandang : “ Wah sudah Ashar lagi padahal barusan
saya baru shalat Zuhur”, yah terang saja karena shalat zuhurnya jam tiga kurang
seperempat itupun di laksanakanya dalam keadaan terpaksa, apalagi kalau habis
buka puasa, semua makanan yang ada di meja di embat habis tanpa sisa, akhirnya
perutnya kekenyangan dan mengantuk, lagi enak-enak belonjor di depan TV Nonton
The Hijaber tiba-tiba adzan Isya apa yang kita ucapain pak! Bu? Pasti yang
terucap kata-kata seperti ini “ siapa sih nih yang adzan orang lagi PW ( Posisi
Wuenak Kok Adzan aja) mending suaranya merdu suara kaya kaleng rombeng juga
pake adzan bikin sakit kuping gue aja” akhirnya ujung-ujungnya kaga sholat
tarawih dah kebablasan tidur ampe waktu sahur.
ungkapan-ungkapan dalam hati kita seperti
ini merupakan tanda bahwa kita belum bisa merasakan manisnya iman. Kalau kita
sudah merasakan manisnya iman shalat itu menjadi suatu kebutuhan dan menjadi
penyejuk hati. “bagaikan seteguk air di gurun pasir yang gersang”. Lalu kita
meminum air itu dan rasa haus kita menjadi hilang. Itulah shalat kalau kita
laksanakan dengan penuh keikhlasan niscaya menjadi pengobat hati kita yang
resah dan gundah juga galau, ibu-ibu yang dari habis sahur bekerja di dapur, di
sumur sampai menjemur kasur, ketika mendengar kumandang adzan zhuhur, kemudian
mengucap hamdalah, dan menjawab setiap lantunan adzan dan berdoa Allahumma
robbahajihi da wati taamah wasolatil koimah aati sayidina muhamadanil wasilata
wal padilah makomaa mahmudaniladzi waadtah innaka latuhlipul miiad lalu
melaksanakan shalat dengan khusyu dan ikhlas karena Allah taalah, insya Allah
walapun bapaknya kawin lagi pasti hatinya ikhlas. Bener gak bu, kenapa? Karena
tidak ada kenikmatan, dan kecintaan yang hakiki kecuali cinta kasih dan sayangnya
Allah. Kalau cinta terhadap suami, cinta terhadap istri ada batasnya, apalagi
cinta terhadap kekasih pasti ada batasnya. Ketika masih mau menikah janjinya
sehidup semati, tapi ketika di tinggal mati, enggak ada orang yang mau tidur
selamanya di makam suaminya atau istrinya, walaupun ada itu orang yang tidak
waras dan sudah pasti tidak beriman.
Bapak-bapak
ibu-ibu yang di muliakan Allah SWT
Tidak
ada jalan yang lebih baik buat kita tempuh selain mendekatkan diri kepada Allah
SWT dan meningkatkan takwa. Menurut
ajaran Islam takwa adalah menjalankan perintah Allah SWT dan
meninggalkan larangan-laranganya. Nilai-nilai ketaqwaan hendaknya terealisasi
dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang muslim kita wajib
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaiman Firmanya dalam surat
Ali Imron ayat 102 :
Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan musl.
Bapak-bapak ibu-ibu yang di muliakan Allah SWT
Kebahagiaan
hidup merupakan dambaan semua orang, kebahagiaan itu tidak terletak pada harta
yang banyak, wajah yang rupawan, ataupun pangkat yang tinggi, namun kebahagiaan
itu dapat di miliki oleh siapa saja, baik kaya ataupun miskin, tua maupun muda,
tampan ataupun jelek, oleh karena itu hendaknya kita selalu bersyukur di waktu
memperoleh nikmat dan menyadari bahwa nikmat tersebut adalah titipan dari Allah
SWT. Sehingga kita tidak akan kecewa dan
bersedih apabila suatu saat nikmat itu di ambil oleh allah SWT. Ingat bu suami
itu titipan Allah, ingat pak istri itu titipan Allah, ingat juga kalau anak dan
harta kita adalah titipan Allah kalau suatu saat amanah itu di ambil oleh Allah
kita harus Ikhlas. Dan seorang muslim yang baik harus pandai memegang amanah,
seorang suami harus tahu hak dan kewajibanya demikian juga seorang istri harus
tahu hak dan kewajibanya. Dan salah satu kewajiban seorang suami dan istri
adalah mendidik anak-anaknya sehinga anak-anak mereka menjadi anak-anak yang
soleh dan solehah anak yang taat kepada Allah, taat kepada rasulullah dan
berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dalam
alquran surat Almaidah ayat 35 yang artinya :
"Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepadanya dan berjihadlah di jalanya agar kalian mendapat
keberuntungan (kebahagiaan)".
Dari
ayat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk mencapai kebahagiaan seorang
muslim harus melakukan empat perkara :
Pertama,
iman, percaya dengan sepenuh hati kepada Allah SWT, para malaikat-malaikat,
kitab-kitab yang di turunkan kepada para nabi dan rasul, hari akhir, dan
percaya kepada takdir Allah SWT yang baik maupun takdir yang buruk.
Kedua
takwa kepada Allah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.
untuk dapat bertaqwa kita harus mengetahui dan memahami tentang hukum dan
ajaran Allah misalnya apa hak dan kewajiban kita sebagai hamba Allah.
Ketiga,
melaksanakan amal soleh dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Iman
dan ketaqwaan harus di refleksikan dan di realisasikan dalam amal perbuatan
sehari-hari. Dalam Islam kita di perintahkan untuk selalu berbuat baik dan
saling tolong-menolong
Keempat berjihad
di jalan Allah yaitu berjuang untuk menegakkan agama Allah SWT, baik dengan
cara berperang mengangkat senjata melawan musuh-musuh Allah, maupun jihad dalam
arti lain, yaitu melakukan perbuatan yang mengarah kepada amar ma’ruf nahi
munkar, menyantuni yatim piatu, fakir miskin, menuntut ilmu dan sebaginya.
Bapak-bapak
ibu-ibu yang dimuliakan Allah SWT
Marilah
kita kembali kejalan Allah SWT, demi mencapai kebahagiaan hidup ini dan
keselamatan di akhirat kelak. Kita harus menyadari bahwa kenikmatan hidup yang
hakiki hanyal akan terwujud karena karunia Allah SWT. Sebab kebahagiaan tidak
hanya diukur dari kebahagiaan yang bersifat dzohir namun merupakan perpaduan
dan keserasian dari kebahagiaan dzohir dan bathin. Untuk itu janganlah lupa
untuk selalu memanjatkan doa kepada Allah agar kita di beri kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
Allah
berfirman dalam surat albaqoroh ayat 201yang artinya :
"Dan
diantara mereka ada yang berdoa “ ya tuhan kami berilah kami kebaikan dan dunia
dan kebahagian di akhirat dan selamatkan kami dari siksa neraka".
Kultum 2
Maasirol
Muslimin Rohimakumullah
Sekarang
ini kita sedang menghadapi suatu problem kehidupan yang pelik, permasalahan
umat semakin besar, belum selesai masalah yang satu masalah yang baru datang
kembali. Berbagai macam permasalahan umat muncul dari persoalan LGBT, kenakalan
remaja, produk halal dan haram, pemurtadan, dan masih banyak lagi masalah yang
belum terselesaikan. Hal demikian terjadi karena hanya sedikit orang yang
peduli dengan permasalah umat termasuk juga orang yang ahli dalam masalah
agama. Kebanyakan dari mereka lebih mencintai dunia dari pada agamanya. Mereka
mau peduli dengan urusan agama jika urusan tersebut ada nilai ekonomisnya
karena agama sudah menjadi komoditi yang bisa di jual belikan demi menambah
pundi-pundi harta mereka.
Terlalu
cinta pada dunia dapat merusak ukhuwah yang membuat kekuatan umat Islam menjadi
lemah. Seperti yang terjadi pada perang Uhud, yang semula dalam keadan menang,
kemudian berbalik menjadi kekalahan yang menyakitkan sebegaimana firman Allah
dalam Alquran surat Ali Imron ayat 152 :9
Dan
sungguh Allah telah memenuhi janjinya
kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan ijinnya sampai pada saat
kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah rasul
setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada
orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang
m,enghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk
mengujimu, tetapi dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai
karunia (yang di berikan) kepada orang-orang mukmin.
Sesungguhnya
kita sebagai umat Islam bukan tidak boleh mencintai dunia, pada dasarnya kita
boleh mencintai dunia asalkan tidak berlebihan. Karena hal itu dapat melemahkan
jiwa baik secara pribadi maupun jamaah. Untuk mengukur kita terlalu cinta pada
dunia atau tidak ada lima ukuran yang bisa di jadikan patokan atau tolak ukur
yaitu :
1. Terlalu sibuk pada dunia dan lupa
Akhirat
Kesibukan dunia sering
kali melupakan kita sehingga kita tidak menyadari bahwa kita akan mati, dan
kita tidak mempersiapkan segala amal ibadah untuk bekal din akhirat kelak
sebagaimana Firman Allah dalam surat Attakasur ayat 1-3 :
Bermegah-megah
telah melalikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur, sekali-kali tidak kelak
kamu akan mengetahui perbuatanmu itu
2. Menghalalkan segala cara
Terlalu cinta pada
dunia menyebabkan manusia ingin meraih kekayaan yang layak, walaupun harus
menghalalkan segala cara. Karena memakan harta dunia itu seperti meminum air
laut semakin di minum kita semakin haus. Allah SWT mengingatkan kita untuk
memakan harta dengan cara yang halal sebagaimana Firmannya dalam surat
Albaqoroh ayat 188 :
"janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan janganlah
kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat
memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui".
3. Lupa Kepada Allah
Lupa kepada Allah
membuat manusia lengah terhadap apa yang di amanahkan-Nya. Hal itu menunjukan
terlalu cinta manusia pada dunia. Oleh karena itu Allah SWT mengingatkan kepada
kita dengan firmanya suratal munafiqun
ayat 9
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah, dan barang siapa berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.
4. Bakhil/Kikir
Terlalu
cinta pada dunia identik dengan cinta harta, maka harta yang di miliki membuat
dia menjadi bakhil atau kikir, Allah SWT
berfirman dalam surat Ali Imron ayat 180 :
Dan
jangan sekali-kali orang yang kikir
dengan apa yang di berikan Allah kepada mereka dari karunianya, mengira
bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi meraka, apa
(harta) yang mereka kikirkan itu akan di kalungkan(di lehernya) pada hari
kiamat. Milik Allah lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah
maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
5.
Berubah
Pendirian
Untuk
meraih kenikmatan dunia, orang-orang yang terserang penyakit terlalu cinta pada
dunia tidak segan-segan merubah pendirianya yang benar dengan kebathilan.
Sebagaimana firman allah dalam surat
Annisa ayat 137 :
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir
lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan
tidak pula menunjukan kepada mereka jalan (yang lurus)
Demikianlah tanda-tanda orang yang
terlalu mencintai dunia, mudah-mudahan kita bukan termasuk orang yang memiliki
kelima sifat tersebut. Oleh sebab itu kita tidak boleh menunda-nunda kebaikan.
Mumpung kita masih di berikan keimanan dan kesehatan badan sebagaimana sabda
nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ
بْنُ
عَبْدِ
اللَّهِ
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
أَبُو
المُنْذِرِ
الطُّفَاوِيُّ
عَنْ
سُلَيْمَانَ
الْأَعْمَشِ
قَالَ
حَدَّثَنِي
مُجَاهِدٌ
عَنْ
عَبْدِ
اللَّهِ
بْنِ
عُمَرَ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُمَا
قَالَ
أَخَذَ
رَسُولُ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
بِمَنْكِبِي
فَقَالَ
كُنْ
فِي
الدُّنْيَا
كَأَنَّكَ
غَرِيبٌ
أَوْ
عَابِرُ
سَبِيلٍ
وَكَانَ
ابْنُ
عُمَرَ
يَقُولُ
إِذَا
أَمْسَيْتَ
فَلَا
تَنْتَظِرْ
الصَّبَاحَ
وَإِذَا
أَصْبَحْتَ
فَلَا
تَنْتَظِرْ
الْمَسَاءَ
وَخُذْ
مِنْ
صِحَّتِكَ
لِمَرَضِكَ
وَمِنْ
حَيَاتِكَ
لِمَوْتِكَ
Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abdurrahman Abu Al Mundzir At Thufawi dari Sulaiman Al
A'masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Mujahid dari Abdullah
bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda: 'Jadilah
kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara. Ibnu
Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu
datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah
menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu
sebelum matimu.'
Hadis
tersebut mengingatkan kepada kita untuk selalu ingat pada akhirat dan tidak
terlalu mencintai dunia karena kita di dunia hanya mampir ngombe seperti
seorang pengembara yang harus melanjutkan perjalanan bila kita di sore hari
jangan menunggu waktu pagi dan ketika kita berada di waktu pagi hari jangan
menunggu waktu sore mumpung kita masih sehat sebelum datang waktu sakit mari
kita perbaiki kwalitas keimanan kita mumpung masih berada di bulan ramadhan.
Dan
kita juga perlu ingat bahwa Allah akan mewafatkan orang-orang yang soleh dan
menggantikan dengan orang orang yang kwalitas keimananya lemah sebagaimana
hadis rasulullah SAW :
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ
حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ بَيَانٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ
مِرْدَاسٍ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ
كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوْ التَّمْرِ لَا يُبَالِيهِمْ اللَّهُ بَالَةً قَالَ
أَبُو عَبْد اللَّهِ يُقَالُ حُفَالَةٌ وَحُثَالَةٌ
Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah menceritakan kepada kami
Abu 'Awanah dari Bayan dari Qais bin Abu Hazim dari Mirdas
Al Aslami dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang-orang shalih akan pergi (wafat) satu demi satu,
hingga yang tersisa adalah orang-orang yang kwalitasnya seperti ampas gandum
atau kurma, dan Allah tidak memperdulikan mereka. Abu Abdullah
mengatakan; 'Hufalah disebut juga dengan hutsalah (ampas atau dedak).