Selasa, 19 Maret 2019

JADILAH MANUSIA YANG PANDAI BERSYUKUR


(M.Azhar Alwahid)

KULTUM 1
Alhamdulillah pada malam ini kita masih diberikan limpahan nikmat dan rahmat Allah SWT sehingga kita bisa bertemu untuk melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah tanpa halangan suatu apapun. Untuk itu marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat yang di anugerahkan oleh Allah SWT dengan cara melaksanakan perintahnya dan meninggalkan laranganya.
Ma’asyirol muslimin rohimakumullah
Apabila ajaran Islam benar-benar kita fahami dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pasti akan menghasilkan budi pekerti yang luhur dan akhlakul karimah. Amal ibadah yang kita lakukan terasa nikmat, tenang, ikhlas karena merasa tidak ada paksaan untuk melaksanakanya. Ketika adzan berkumandang kita mengucap syukur karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berjumpa dengannya dalam shalat. Ketika Ramadhan tiba kita menyambutnya dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan karena kelak ketika kita berjumpa denganya kita akan membawa pahala puasa dan shalat kita dengan pahala yang di lipat gandakan. Tapi apa yang terjadi pada diri kita, sering kali kita mengumpat dalam hati kita ketika adzan berkumandang : “ Wah sudah Ashar lagi padahal barusan saya baru shalat Zuhur”, yah terang saja karena shalat zuhurnya jam tiga kurang seperempat itupun di laksanakanya dalam keadaan terpaksa, apalagi kalau habis buka puasa, semua makanan yang ada di meja di embat habis tanpa sisa, akhirnya perutnya kekenyangan dan mengantuk, lagi enak-enak belonjor di depan TV Nonton The Hijaber tiba-tiba adzan Isya apa yang kita ucapain pak! Bu? Pasti yang terucap kata-kata seperti ini “ siapa sih nih yang adzan orang lagi PW ( Posisi Wuenak Kok Adzan aja) mending suaranya merdu suara kaya kaleng rombeng juga pake adzan bikin sakit kuping gue aja” akhirnya ujung-ujungnya kaga sholat tarawih dah kebablasan tidur ampe waktu sahur.  ungkapan-ungkapan dalam hati kita seperti ini merupakan tanda bahwa kita belum bisa merasakan manisnya iman. Kalau kita sudah merasakan manisnya iman shalat itu menjadi suatu kebutuhan dan menjadi penyejuk hati. “bagaikan seteguk air di gurun pasir yang gersang”. Lalu kita meminum air itu dan rasa haus kita menjadi hilang. Itulah shalat kalau kita laksanakan dengan penuh keikhlasan niscaya menjadi pengobat hati kita yang resah dan gundah juga galau, ibu-ibu yang dari habis sahur bekerja di dapur, di sumur sampai menjemur kasur, ketika mendengar kumandang adzan zhuhur, kemudian mengucap hamdalah, dan menjawab setiap lantunan adzan dan berdoa Allahumma robbahajihi da wati taamah wasolatil koimah aati sayidina muhamadanil wasilata wal padilah makomaa mahmudaniladzi waadtah innaka latuhlipul miiad lalu melaksanakan shalat dengan khusyu dan ikhlas karena Allah taalah, insya Allah walapun bapaknya kawin lagi pasti hatinya ikhlas. Bener gak bu, kenapa? Karena tidak ada kenikmatan, dan kecintaan yang hakiki kecuali cinta kasih dan sayangnya Allah. Kalau cinta terhadap suami, cinta terhadap istri ada batasnya, apalagi cinta terhadap kekasih pasti ada batasnya. Ketika masih mau menikah janjinya sehidup semati, tapi ketika di tinggal mati, enggak ada orang yang mau tidur selamanya di makam suaminya atau istrinya, walaupun ada itu orang yang tidak waras dan sudah pasti tidak beriman.
Bapak-bapak ibu-ibu yang di muliakan Allah SWT
Tidak ada jalan yang lebih baik buat kita tempuh selain mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan takwa. Menurut  ajaran Islam takwa adalah menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-laranganya. Nilai-nilai ketaqwaan hendaknya terealisasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang muslim kita wajib meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaiman Firmanya dalam surat Ali Imron ayat 102 :

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan musl.

Bapak-bapak ibu-ibu yang di muliakan Allah SWT
Kebahagiaan hidup merupakan dambaan semua orang, kebahagiaan itu tidak terletak pada harta yang banyak, wajah yang rupawan, ataupun pangkat yang tinggi, namun kebahagiaan itu dapat di miliki oleh siapa saja, baik kaya ataupun miskin, tua maupun muda, tampan ataupun jelek, oleh karena itu hendaknya kita selalu bersyukur di waktu memperoleh nikmat dan menyadari bahwa nikmat tersebut adalah titipan dari Allah SWT. Sehingga kita tidak akan kecewa  dan bersedih apabila suatu saat nikmat itu di ambil oleh allah SWT. Ingat bu suami itu titipan Allah, ingat pak istri itu titipan Allah, ingat juga kalau anak dan harta kita adalah titipan Allah kalau suatu saat amanah itu di ambil oleh Allah kita harus Ikhlas. Dan seorang muslim yang baik harus pandai memegang amanah, seorang suami harus tahu hak dan kewajibanya demikian juga seorang istri harus tahu hak dan kewajibanya. Dan salah satu kewajiban seorang suami dan istri adalah mendidik anak-anaknya sehinga anak-anak mereka menjadi anak-anak yang soleh dan solehah anak yang taat kepada Allah, taat kepada rasulullah dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dalam alquran surat Almaidah ayat 35 yang artinya :
  
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya dan berjihadlah di jalanya agar kalian mendapat keberuntungan (kebahagiaan)".

Dari ayat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk mencapai kebahagiaan seorang muslim harus melakukan empat perkara :
Pertama, iman, percaya dengan sepenuh hati kepada Allah SWT, para malaikat-malaikat, kitab-kitab yang di turunkan kepada para nabi dan rasul, hari akhir, dan percaya kepada takdir Allah SWT yang baik maupun takdir yang buruk.
Kedua takwa kepada Allah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. untuk dapat bertaqwa kita harus mengetahui dan memahami tentang hukum dan ajaran Allah misalnya apa hak dan kewajiban kita sebagai hamba Allah.
Ketiga, melaksanakan amal soleh dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Iman dan ketaqwaan harus di refleksikan dan di realisasikan dalam amal perbuatan sehari-hari. Dalam Islam kita di perintahkan untuk selalu berbuat baik dan saling tolong-menolong
Keempat berjihad di jalan Allah yaitu berjuang untuk menegakkan agama Allah SWT, baik dengan cara berperang mengangkat senjata melawan musuh-musuh Allah, maupun jihad dalam arti lain, yaitu melakukan perbuatan yang mengarah kepada amar ma’ruf nahi munkar, menyantuni yatim piatu, fakir miskin, menuntut ilmu dan sebaginya.
Bapak-bapak ibu-ibu yang dimuliakan Allah SWT
Marilah kita kembali kejalan Allah SWT, demi mencapai kebahagiaan hidup ini dan keselamatan di akhirat kelak. Kita harus menyadari bahwa kenikmatan hidup yang hakiki hanyal akan terwujud karena karunia Allah SWT. Sebab kebahagiaan tidak hanya diukur dari kebahagiaan yang bersifat dzohir namun merupakan perpaduan dan keserasian dari kebahagiaan dzohir dan bathin. Untuk itu janganlah lupa untuk selalu memanjatkan doa kepada Allah agar kita di beri kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam surat albaqoroh  ayat 201yang artinya :

"Dan diantara mereka ada yang berdoa “ ya tuhan kami berilah kami kebaikan dan dunia dan kebahagian di akhirat dan selamatkan kami dari siksa neraka".  

Kultum 2

Maasirol Muslimin Rohimakumullah
Sekarang ini kita sedang menghadapi suatu problem kehidupan yang pelik, permasalahan umat semakin besar, belum selesai masalah yang satu masalah yang baru datang kembali. Berbagai macam permasalahan umat muncul dari persoalan LGBT, kenakalan remaja, produk halal dan haram, pemurtadan, dan masih banyak lagi masalah yang belum terselesaikan. Hal demikian terjadi karena hanya sedikit orang yang peduli dengan permasalah umat termasuk juga orang yang ahli dalam masalah agama. Kebanyakan dari mereka lebih mencintai dunia dari pada agamanya. Mereka mau peduli dengan urusan agama jika urusan tersebut ada nilai ekonomisnya karena agama sudah menjadi komoditi yang bisa di jual belikan demi menambah pundi-pundi harta mereka.
Terlalu cinta pada dunia dapat merusak ukhuwah yang membuat kekuatan umat Islam menjadi lemah. Seperti yang terjadi pada perang Uhud, yang semula dalam keadan menang, kemudian berbalik menjadi kekalahan yang menyakitkan sebegaimana firman Allah dalam Alquran surat Ali Imron ayat 152 :9   

Dan sungguh Allah telah memenuhi janjinya  kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan ijinnya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah rasul setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang m,enghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu, tetapi dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang di berikan) kepada orang-orang mukmin. 
Sesungguhnya kita sebagai umat Islam bukan tidak boleh mencintai dunia, pada dasarnya kita boleh mencintai dunia asalkan tidak berlebihan. Karena hal itu dapat melemahkan jiwa baik secara pribadi maupun jamaah. Untuk mengukur kita terlalu cinta pada dunia atau tidak ada lima ukuran yang bisa di jadikan patokan atau tolak ukur yaitu :

1.  Terlalu sibuk pada dunia dan lupa Akhirat

Kesibukan dunia sering kali melupakan kita sehingga kita tidak menyadari bahwa kita akan mati, dan kita tidak mempersiapkan segala amal ibadah untuk bekal din akhirat kelak sebagaimana Firman Allah dalam surat Attakasur ayat 1-3 :
Bermegah-megah telah melalikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur, sekali-kali tidak kelak kamu akan mengetahui perbuatanmu itu

2.  Menghalalkan segala cara

Terlalu cinta pada dunia menyebabkan manusia ingin meraih kekayaan yang layak, walaupun harus menghalalkan segala cara. Karena memakan harta dunia itu seperti meminum air laut semakin di minum kita semakin haus. Allah SWT mengingatkan kita untuk memakan harta dengan cara yang halal sebagaimana Firmannya dalam surat Albaqoroh ayat 188 :  
"janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui".

3.  Lupa Kepada Allah

Lupa kepada Allah membuat manusia lengah terhadap apa yang di amanahkan-Nya. Hal itu menunjukan terlalu cinta manusia pada dunia. Oleh karena itu Allah SWT mengingatkan kepada kita dengan firmanya suratal munafiqun  ayat 9
  Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barang siapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

4.  Bakhil/Kikir
Terlalu cinta pada dunia identik dengan cinta harta, maka harta yang di miliki membuat dia menjadi bakhil atau kikir,  Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 180 :
Dan jangan sekali-kali orang yang kikir  dengan apa yang di berikan Allah kepada mereka dari karunianya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi meraka, apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan di kalungkan(di lehernya) pada hari kiamat. Milik Allah lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

5.     Berubah Pendirian
Untuk meraih kenikmatan dunia, orang-orang yang terserang penyakit terlalu cinta pada dunia tidak segan-segan merubah pendirianya yang benar dengan kebathilan. Sebagaimana firman allah dalam surat  Annisa ayat 137 :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak pula menunjukan kepada mereka jalan (yang lurus)
            Demikianlah tanda-tanda orang yang terlalu mencintai dunia, mudah-mudahan kita bukan termasuk orang yang memiliki kelima sifat tersebut. Oleh sebab itu kita tidak boleh menunda-nunda kebaikan. Mumpung kita masih di berikan keimanan dan kesehatan badan sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَبُو المُنْذِرِ الطُّفَاوِيُّ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ قَالَ حَدَّثَنِي مُجَاهِدٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman Abu Al Mundzir At Thufawi dari Sulaiman Al A'masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Mujahid dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda: 'Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara. Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.'
Hadis tersebut mengingatkan kepada kita untuk selalu ingat pada akhirat dan tidak terlalu mencintai dunia karena kita di dunia hanya mampir ngombe seperti seorang pengembara yang harus melanjutkan perjalanan bila kita di sore hari jangan menunggu waktu pagi dan ketika kita berada di waktu pagi hari jangan menunggu waktu sore mumpung kita masih sehat sebelum datang waktu sakit mari kita perbaiki kwalitas keimanan kita mumpung masih berada di bulan ramadhan.

Dan kita juga perlu ingat bahwa Allah akan mewafatkan orang-orang yang soleh dan menggantikan dengan orang orang yang kwalitas keimananya lemah sebagaimana hadis rasulullah SAW :
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ بَيَانٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ مِرْدَاسٍ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوْ التَّمْرِ لَا يُبَالِيهِمْ اللَّهُ بَالَةً قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ يُقَالُ حُفَالَةٌ وَحُثَالَةٌ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Bayan dari Qais bin Abu Hazim dari Mirdas Al Aslami dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang-orang shalih akan pergi (wafat) satu demi satu, hingga yang tersisa adalah orang-orang yang kwalitasnya seperti ampas gandum atau kurma, dan Allah tidak memperdulikan mereka. Abu Abdullah mengatakan; 'Hufalah disebut juga dengan hutsalah (ampas atau dedak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar