Sabtu, 08 Oktober 2011

SUUL KHOTIMAH

Suul Khotimah

oleh Azhar Alwahid pada 25 September 2011 jam 12:23
Mega belum muncul, apalagi matahari pasti sedang asyik tidur di upuk timur sana, tengah malam itu aku duduk sendiri. di depanku tergeletak sebuah sajadah yang sudah lusuh karena di makan usia, gubukku reot persis seperti dunia ini yang sudah tua. Yang terdengar malam itu hanya sentuhan-sentuhan pepohonan yang tertiup angin melambai-lambai membangunkan hamba Tuhan yang sedang lelap tidur, diantara mereka ada yang tidur diatas spring bed yang empuk dan sebagian lagi hanya tidur diatas tumpukan-tumpukan kardus bekas. kuambil sajadah lalu ku sembahyang ku tengadahkan tangnku seraya berdoa, dalam doa ku menangis dan seakan-akan hanya Allah lah yang ada di hadapanku hing aku merasa tak ada jarak diantara aku dengan Tuhanku. betapa besar dosa dan kesalahanku, betapa dzolimnya aku betapa tidak berterima kasihnya aku hanya itulah yang dapat ku pikirkan pada saat itu.
Aku mulai sadar ketika muadzin melantunkan adzan sayup-sayup dari sebuah masjid yang tak jauh dari gubukku. Aku berdiri dan beranjak dari tempat dudukku. lalu dengan beralas sandal jepit aku menuju masjid. Dalam perjalanan di sebuah pangkalan ojek aku melihat beberapa orang yang sedang asyik bermain kartu domino dan sesekali terdengar cekikikan tawa mereka, seakan-akan dunia ini hanya milik mereka. Di tengah-tengah mereka ada seorang bapak setengah baya dengan raut muka yang agak lusuh dan mata-kemerah-merahan aku melihat tepat di bawah tempat mereka duduk berserakan botol-botol minuman keras dan sampah kacang garing. lalu aku menghampiri orang-orang itu dan aku ucapkan salam "Assalamu alaikum" semua orang-orang itu menoleh ke hadapanku dengan muka keheranan. dengan berat hati bercampur main-main mereka menjawab salamku. tidak shalat pak? tanyaku, lalu sebagian mereka mentertawakan aku, lalu orang tua yang sejak tadi diam saja berkata :" kami ini orang-orang kotor mana mungkin di terima shalatnya!" lalu aku berkata : "Allah itu Maha pengampun Allah akan mengampuni dosa-dosa hambanya walaupun sebanyak buih di lautan asalkan dia mau bertaubat sebelum ajal menjemput".Tiba-tiba orang tua setengah baya itu bangun dari tempat duduknya dan mendorongku lalu aku tersungkur dan jatuh. Sertelah aku tersungkur jatuh dengan menunjuk-nunjuk tepat di depan mukaku, orang tua itu mencaci maki aku dengan mengeluarkan kata-kata kotor. Pada saat itu aku hanya bisa mengucapkan istighfar. setelah puas mencaci maki aku, orang tua itu duduk kembali di barengi gelak tawa temanya, lalu meneruskan permainan kartu dominonya kembali. Aku pun berlalu tanpa bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berdoa : "Semoga Allah memberikan hidayah pada mereka untuk kembali pada pitrahnya sebagai manusia".
Sesampainya di masjid shalat subuh telah di mulai, aku melihat hanya ada seorang imam dan seorang makmum di temani lonceng dan tiang masjid yang kokoh. Selesai melaksanakan shalat aku lewat di tempat yang sama, tetapi aku tidak melihat orang-orang yang bermain domino tadi. Aku berpikir mungkin mereka telah bubar. Tak jauh dari tempat itu aku melihat ada kerumunan orang sedang melihat sesuatu. kebetulan pas didepanku ada seorang pemuda yang sedang berlari menuju tempat tersebut, lalu aku bertanya padanya :ada apa mas di sana? ada perkelahian jawab pemuda itu sambil berlari, akupun bergegas ke tempat itu. aku melihat seorang lelaki tua terkapar bersimbuh darah diantara kerumunan orang. setelah aku mendekat ternyata orang tersebut adalah orang yang telah mendorongku ketika aku akan berangkat shalat. Orang-orang di sekelilingnya hanya diam terpaku tanpa memberikan pertolongan apa-apa, alasan mereka tak mau menjadi saksi, karena hanya akan mempersulit diri saja katanya. salah seorang diantara mereka berkata orang ini tertusuk pisau temanya sendiri karena kesal dengan kekalahanya bermain kartu domino. lalu aku merangkul orang tua itu di bantu oleh seorang pemuda yang sejak tadi hanya diam terpaku. kebetulan saat itu lewat sebuah mini bus, lalau orang-orang yang berada di tempat itu memberhentikanya dan menaikan laki-laki tua itu ke dalam mobil itu dan kami membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit datang beberapa petugas rumah sakit yang pada saat itu sedang tugas jaga. Para petugas itu membantu menurunkan korban dan memasukanya ke dalam tandu lalu mebawanya ke dekat Ruang gawat Darurat. salah seorang petugas bertanya mana keluarga korban? mendengar pertanyaan itu sopir mini bus dan seorang yang ikut mengantar dari tempat kejadian cepat-cepat bergegas meninggalkan tempat tersebut, dan entah pergi ke mana. hanya tinggal aku sendiri pengantar korban yang masih berada di situ. dengan sedikit berat aku berkata : "saya pak" aku berharap dengan aku mengaku sebagai keluarganya si korban dapat segera di tolong. Silahkan bapak ke tempat pendftaran fasien, kata salah seorang petugas rumah sakit. lalu aku bergegas menuju tempat pendaftaran pasien. dan lelaki tua yang bersimbah darah itu tetap didiamkan tanpa di beri pertolongan sedikitpun.
sesampainya di tempat pendaftaran, aku mengisi beberapa formulir, lalu aku menyerahkan formulir tersebut kepada petugas. lalu petugas pendaftaran berkata : "Uang mukanya pak tiga ratus ribu rupiah", kemudian aku merogoh kantongku, aku baru sadar bahwa aku masih memakai sarung tanpa membawa dompet dan uang sepeserpun, bahkan identitas pribadiku saja tidak terbawa. Kemudian aku berupaya meyakinkan petugas itu bahwa uangku tertinggal di rumah, dan aku berjanji setelah pasien di urus akan kembali dengan membawa uang. Tetapi petugas itu tak mau tahu, seakan-akan berkata : "ada uang nyawa tertolong tapi tak ada uang nyawa melayang".sambil sedikit memaksa aku menyuruh seorang dokter yang kebetulan lewat untuk memeriksa keadaan si pasien, dengan agak sungkan dokter itu memeriksa pasien yang sudah kelihatan kaku dan pucat, ternyata setelah di periksa orang tua yang malang itu telah meninggal dunia, karena korban prosedur yang berbelit. Akupun hanya bisa berucap Inna lillahi wainna ilaihi roojiuun, semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahanya, Amiin